JUBIRTVNEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan kondisi cuaca, dinamika atmosfer, serta potensi risiko hidrometeorologi dalam Rapat Koordinasi Tingkat Menteri Persiapan Libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno. Pada kesempatan tersebut, BMKG diwakili oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Utama BMKG, Guswanto.
Rapat ini dihadiri oleh perwakilan kementerian dan lembaga, unsur TNI dan Polri, BUMN sektor transportasi, BNPB, Basarnas, serta para pemangku kepentingan lainnya. Forum tersebut bertujuan memastikan kelancaran mobilitas masyarakat serta kesiapan nasional dalam mengantisipasi potensi cuaca ekstrem selama periode libur akhir tahun.
Dalam paparannya, Guswanto menyampaikan bahwa periode Desember 2025 hingga Januari 2026 bertepatan dengan puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi ini meningkatkan potensi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, terutama di wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Papua Selatan, serta sebagian besar Kalimantan.
Ia menjelaskan, sejumlah fenomena atmosfer diperkirakan aktif secara bersamaan selama periode Nataru, antara lain Monsun Asia, Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby, La Niña lemah, serta potensi kemunculan bibit siklon tropis 93W dan 91S. Kombinasi faktor ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan, disertai angin kencang di berbagai wilayah.
BMKG juga memetakan dinamika cuaca dalam tiga fase utama selama Nataru, yaitu periode 15–22 Desember yang diprediksi didominasi hujan lebat; 22–29 Desember yang cenderung mengalami penurunan intensitas hujan; serta 29 Desember hingga 10 Januari yang berpotensi kembali meningkat seiring pergeseran puncak musim hujan ke wilayah Pulau Jawa.
“Yang perlu diwaspadai adalah tingginya intensitas hujan, angin kencang, gelombang tinggi, serta potensi dampak tidak langsung dari bibit siklon tropis. Kondisi ini dapat memengaruhi aktivitas transportasi darat, laut, dan udara selama periode Nataru,” ujar Guswanto.
Untuk sektor penerbangan, pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb) masih menjadi perhatian utama karena berpotensi menimbulkan hujan lebat dan gangguan visibilitas. Namun demikian, BMKG telah melakukan langkah mitigasi sejak awal melalui penyediaan flight document resmi yang dapat diakses oleh seluruh maskapai penerbangan.
“Seluruh pilot telah mengakses flight document resmi dari website BMKG, sehingga diharapkan potensi gangguan penerbangan dapat ditekan semaksimal mungkin,” tambahnya.
Sementara pada sektor pelayaran, beberapa wilayah perairan diperkirakan mengalami gelombang setinggi 2,5 hingga 4 meter. Bahkan, di wilayah perairan sekitar Natuna, tinggi gelombang berpotensi melebihi 6 meter pada Januari 2026.
Selain itu, BMKG juga menyampaikan informasi potensi banjir rob berbasis fase bulan di sejumlah wilayah pesisir, meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku. Penguatan informasi juga diberikan kepada wilayah yang telah terdampak rob, seperti Pontianak, guna mendukung respons cepat di tingkat daerah.
Sebagai langkah mitigasi langsung, BMKG bersama BNPB, pemerintah daerah, dan sejumlah BUMN menyiagakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur. OMC difokuskan untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah berisiko tinggi, dengan tetap mempertimbangkan batasan teknis, khususnya ketika terdapat pengaruh siklon tropis.
BMKG turut memperkuat kesiapsiagaan melalui pengembangan layanan informasi cuaca real-time yang dapat diakses oleh masyarakat maupun pemangku kepentingan, antara lain InfoBMKG, Digital Weather for Traffic BMKG untuk transportasi darat, Ina-SIAM untuk penerbangan, serta InaWIS untuk pelayaran. Seluruh data berbasis satelit tersebut diperbarui setiap 10 menit guna memastikan akurasi informasi.
“BMKG berkomitmen untuk terus menyediakan informasi cuaca terkini, peringatan dini yang tepat waktu, serta dukungan teknis bagi seluruh pemangku kepentingan demi menjaga keselamatan masyarakat selama periode Nataru,” tutup Guswanto.










