JUBIRTVNEWS.COM – Di antara deretan bukit yang memeluk kawasan Desa Wangunsari, Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kampung Cipanas, suasana malam itu terasa bergetar, jauh melampaui kehangatan biasa. Jam menunjukkan pukul 18.30 WIB, namun rumah sederhana milik Iwan Setiawan (58), Ketua RT 06 di RW 02, telah berubah menjadi pusat gravitasi emosi.
Lampu teras yang biasanya hanya menerangi langkah penghuni, kini menyaksikan kedatangan puluhan laki-laki. Mereka datang dari segala penjuru kampung, berduyun-duyun, seolah ditarik oleh satu janji suci: Laga Penentuan Persib Bandung di AFC Champions League 2 (ACL 2).
Bukan hanya para bapak-bapak yang sudah terikat janji pernikahan, tetapi juga para pemuda tanggung. Mereka berbaur, berbagi bangku kayu, tikar, bahkan rela berdiri berdesakan di ambang pintu. Semua mata tertuju pada satu titik: layar kaca televisi di ruang tengah, sumber cahaya dan harapan malam itu.
Bagi Iwan Setiawan, pemandangan ini sebenarnya bukan hal baru. “Rumah saya memang sudah biasa jadi tempat nonton bareng (nobar) Persib oleh warga sekitar sini,” ujar pria paruh baya yang malam itu sibuk memastikan semua tamunya nyaman. Namun, ia mengakui keramaian kali ini terasa berbeda. “Tapi untuk malam ini, suasananya lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena ini pertandingan menentukan di Liga Champions Asia, jadi semua ingin lihat,” tambahnya sambil tersenyum lebar.
Tepat pukul 19.15 WIB, getaran di dalam ruangan mencapai puncaknya. Layar menayangkan formasi dua tim yang siap beradu nasib: Maung Bandung melawan raksasa Thailand, Bangkok United. Seketika, sorak gemuruh pecah, sebuah anthem tak resmi yang lebih lantang dari speaker televisi.

Meskipun jarak membentang ratusan kilometer dari Stadion Gelora Bandung Lautan Api, antusiasme di rumah RT itu tak sejengkal pun kalah. Mereka adalah Bobotoh garis keras yang bersembunyi di balik kesibukan sehari-hari.
Setiap umpan silang yang mengarah ke gawang lawan, setiap blunder kecil dari pemain Bangkok United, langsung disambut teriakan kolektif. Ketika peluang emas hadir—seperti bola yang nyaris saja merobek jaring lawan—suara di dalam rumah itu meledak serempak, menggetarkan dinding kayu dan mungkin juga menembus sunyi malam di Cipanas. Wajah-wajah tegang, mengepal tinju, dan lirikan penuh harap menjadi pemandangan wajib.
Malam itu, rumah Ketua RT Iwan Setiawan bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah stadion mini yang menyatukan hati warga, membuktikan bahwa semangat juang Persib tak hanya bergaung di tribun, tapi juga mengalir deras di setiap sudut kampung, di depan layar kaca sederhana, di bawah langit Kabupaten Sukabumi. Mereka menunggu, berharap, dan percaya bahwa sejarah manis akan tercipta di laga penentuan ini.










