jubirtvnews – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut berkurang sekitar 180.000 orang per September 2024.
Meski demikian, angka garis kemiskinan malah naik. Konsumsi beras dan rokok masih memiki andil terbesar sebagai penyumbang angka tersebut di Jabar.
“Penduduk miskin di Jabar menurun sekitar 180 ribu orang, dari asalnya tercatat 3,85 juta pada Maret 2024 menjadi 3,67 juta pada September 2024 atau menurun sebesar 0,38 persen,” ujar Kepala BPS Provinsi Jabar Darwis Sitorus dalam rilis yang diterima jubirtv, Kamis (16/1/2025).
Menurut Darwis, kondisi ekonomi makro yang cenderung positif menjadi faktor penurunan angka penduduk miskin. Inflasi yang cukup terkendali dan pertumbuhan ekonomi triwulan III/2024 yang tumbuh sebesar 2,59 persen dibanding triwulan I/2024 turut menjadi indikator.
Indikator lainnya, lanjut Darwis, adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024 juga menurun sebesar 0,16 persen dibanding Februari 2024.
“Penurunan angka kemiskinan selain diakibatkan kondisi ekonomi makro yang membaik, juga adanya berbagai program bantuan untuk masyarakat dari pemerintah,” ujarnya.
Meski angka penduduk miskin menurun, Darwis menyebut garis kemiskinan (GK) di Jabar mengalami kenaikan 2,19 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
“Garis kemiskinan September 2024 sebesar Rp535.509 per kapita per bulan, dan GK naik 2,19 persen dibandingkan Maret 2024. Komoditas makanan menyumbang 74,72 persen terhadap garis kemiskinan September 2024,” jelas Darwis.
Untuk mengukur garis kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Kemudian diukur dengan menggunakan garis kemiskinan.
Menurut Darwis, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan di daerah perkotaan pada September 2024, yaitu beras sebesar 22,08 persen, rokok kretek filter sebesar 12,09 persen dan daging ayam ras sebesar 5,36 persen. Sementara untuk non-makanan yaitu perumahan sebesar 9,18 persen, bensin sebesar 3,70 persen, dan listrik sebesar 2,51 persen.
Sementara di perdesaan komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan di daerah perdesaan yaitu beras sebesar 25,52 persen, rokok kretek filter sebesar 8,79 persen dan telur ayam ras sebesar 4,51 persen.
“Sedangkan untuk non-makanan yaitu perumahan sebesar 10,13 persen, bensin sebesar 3,09 persen dan listrik sebesar 1,65 persen,” tandasnya.