Daerah  

Pasar Monyet Palabuhanratu, Kisah Kelam di Balik Pesona Pantai Selatan Sukabumi

Pasar Monyet
Lokasi eks Lokalisasi pasar monyet Palabuhanratu

Palabuhanratu, jubirtvnews.com – Pantai Selatan Sukabumi terkenal dengan pesona alamnya yang memikat, namun di balik keindahan tersebut tersimpan kisah menarik dan kontroversial mengenai sebuah tempat yang dikenal sebagai Pasar Monyet di Palabuhanratu.

Nama ini mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, namun lokalisasi ini memiliki sejarah kelam yang panjang, dimulai sejak kemunculannya pada tahun 1985.

Awalnya, Pasar Monyet terletak di Kampung Karangnaya, Desa/Kecamatan Cikakak, sebuah wilayah yang dulunya menjadi habitat bagi banyak monyet. Tegal dan semak belukar menjadi tempat tinggal satwa-satwa ini hingga akhirnya kawasan tersebut berubah dengan berdirinya warung-warung kecil.

Umi Isah, seorang warga setempat yang telah menyaksikan perubahan di wilayah tersebut, menceritakan bagaimana transformasi ini terjadi.

“Pertama yang ngewarung di Karangnaya itu umi pada tahun 1981, bermodal Rp18 ribu. Dulu dikenal sebagai tegal monyet atau tempat tinggalnya monyet,” ungkap Umi (63) saat diwawancarai, Kamis (15/8/2024).

Seiring waktu, warung-warung yang awalnya sederhana mulai menjual minuman keras dan menjadi pusat kehidupan malam yang ramai. Para pengunjung datang dari berbagai daerah, mencari hiburan di tempat yang dikenal dengan suasana remang-remang, hanya diterangi oleh lampu petromak.

“Dulu enggak mewah, enggak ada listrik. Remang-remang, cuma pakai atap kirai sama tenda. Pakai lampu yang pakai kaca, rame warung-warung, dan jadilah warung pasar monyet tahun 1985,” kenang Umi Isah.

Baca juga: Gantikan AKBP Tony Prasetyo, Sinergi dan Preventif Fokus Baru AKBP Samian di Polres Sukabumi

Popularitas Pasar Monyet dengan cepat meningkat, dan tempat ini menjadi terkenal sebagai lokalisasi tempat prostitusi. Para perempuan malam menawarkan jasa mereka di tempat-tempat yang minim fasilitas, bahkan hanya beralaskan tikar di semak-semak.

Baca Juga :  Ribuan Warga Desa Carenang Meriahkan Karnaval dan Lomba Nasi Tumpeng dalam Rangka HUT RI ke-79

Namun, ketenaran Pasar Monyet tidak bertahan lama tanpa menimbulkan masalah. Pada tahun 1999, setelah bertahun-tahun menjadi pusat prostitusi, sejumlah warga yang tidak ingin kampung mereka dicemari oleh aktivitas tersebut mengambil tindakan tegas. Mereka mengobrak-abrik dan membakar area tersebut, mengusir para penghuni dan menghentikan aktivitas yang dianggap meresahkan.

“Tahun 1999 ada pembakaran oleh sejumlah orang yang tidak mau kampung ini dikotori pengunjung. Setelah itu, pemerintah setempat membangun area tersebut dan mengubahnya menjadi warung kopi, bukan lagi warung minuman keras,” jelas Umi Isah.

Setelah insiden tersebut, pemerintah melarang penjualan minuman keras dan aktivitas prostitusi di Pasar Monyet. Meski demikian, kehidupan malam tidak sepenuhnya hilang dari wilayah tersebut. Para perempuan malam kemudian berpindah ke Kampung Katapang Condong, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, yang kini dikenal dengan deretan kafe yang menawarkan hiburan malam serupa.

Saat ini, Pasar Monyet telah beralih fungsi dan tidak lagi menjadi pusat kehidupan malam. Namun, cerita-cerita mengenai masa lalunya masih terus hidup di antara warga. Wilayah tersebut kini dihuni oleh beragam orang dari berbagai daerah, yang melanjutkan kehidupan di sekitar lokasi yang dulu dikenal dengan citra kelamnya.

“Sekarang Karangnaya yang dulu disebut pasar monyet telah berubah, tapi ceritanya masih ada dan masyarakat berpikir pasar monyet itu yang sekarang jadi kafe-kafe di Katapang Condong,” tandas Umi Isah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *